Home » » ARTIKEL KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP

ARTIKEL KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP

Welcome To GHOST.NET




ARTIKEL KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP

ARTIKEL KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP

Menurut pandangan al-Qur`an faktor menyebar luasnya kerusakan dalam masyarakat-masyarakat Islam disimpulkan dalam satu kalimat yaitu tiadanya keimanan kepada Allah Swt dan tiadanya penentangan terhadap “thâghut” (segala sesuatu yang tidak terkait dengan Allah Swt dan tidak memiliki warna Ilahi). Sebaliknya, iman kepada Allah Swt dan menentang “thâghut (secara kolektif) merupakan faktortransendensi individu dan masyarakat. Dengan kata lain, perbaikan manusia dan masyarakat Islam di sisi Allah Swt terdapat pada agama yang dianugerahkan kepada manusia. Jika manusia dengan kehendaknya dapat menjalankan perintah-perintah dan ajaran etika agama dalam segala aspek kehidupannya, maka ia telah memenuhi kebutuhan-kebutuhan fitrahnya dan akan sampai kepada tujuan-tujuan penciptaannya dengan potensi yang ia miliki. Jika kecendrungan duniawi dan hal-hal yang bersifat duniawi (thâghut) telah menjadikannya mengabaikan agama atau menjalankan sebagian aturan-aturan agama saja yang tidak merugikan duniawinya, maka dia telah terpengaruh oleh hawa nafsunya dan hal inilah yang menyebabkannya dan masyarakat terpuruk secara bertahap. Mereka yang sangat bertanggung jawab atas keterbelakangan masyarakat tersebut ialah para penguasa dan kemudian para ulama istana, kemudian para ulama yang sadar namun diam, kemudian masyarakat awam dan solusi yang dapat menjunjung masyarakat tersebut terdapat pada para penguasa, ulama dan masyarakat.

. “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah tagut itu.” Lalu di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula yang telah dijerat oleh kesesatan. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (para rasul). (Qs. Al-Nahal [16]:36); “Tiada paksaan untuk (memeluk) agama (Islam). Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dari jalan yang sesat. Oleh karena itu, barang siapa yang ingkar kepada tagut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang teguh kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus.” (Qs. Al-Baqarah [2]: 256); “Allah berfirman, “Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sedang sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Maka jika datang kepadamu petunjuk dari-Ku, lalu barang siapa yang mengikut petunjuk-Ku, niscaya ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. Dan barang siapa berpaling dari mengingat-Ku, maka sesungguhnya baginya kehidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” (Qs. Thaaha [20]:123-124)
Para pemimpin memiliki andil besar dalam fenomena baik atau rusaknya sebuah masyarakat. Jika para pemimpin ini adalah orang-orang yang beragama, menjaga agama, berkomitmen sepenuhnya terhadap ajaran-ajaran agama, menerapkan ajaran agama secara teliti dan menyebarluaskannya di tengah masyarakat serta mengikutsertakan ulama dan figur-figur yang berpengaruh dalammerealisasikan hal tersebut, maka masyarakat akan mencontoh para pemimpin dan ulama tersebut dalam menjalankan agama sehingga terjauhkan dari kerusakan-kerusakan. Tetapi sebaliknya jika seorang pemimpin adalah seorang yang tidak menjaga agama, rakus terhadap dunia dan kedudukan, tenggelam dalam hawa nafsu dan kesenangan, memperalat ulama dan figur yang berpengaruh untuk tujuan kotor, mengabaikan problema-problema masyarakat dan berbuat kezaliman kepada mereka, maka kondisi ini akan mempengaruhi kejiwaan setiap individu masyarakat. Jika para ulama dan pejabat tidak meluruskan jalannya seorang penguasa dan kelompok tertentu dan masyarakat tidak melakukan amar makruf dan nahi mungkar serta bercampurnya budaya dengan lingkungan yang tercemar ini, maka perlahan-lahan dan tanpa dikehendaki, kondisi ini akan mencemari setiap individu masyarakat dan lingkungan yang tercemar ini akan menyulitkan kehidupan orang-orang yang baik dalam menjaga agama mereka. Dengan demikian menyebarnya kerusakan dalam sebuah masayarakat bersumber dari cinta dunia, sifat egois para penguasa, penyalahgunaan kelompok yang berpengaruh guna menutupi kebejatan-kebejatan dalam pemerintahan, sikap diam masyarakat terhadap kezaliman ini dan adanya permasalahan-permasalahan yang melilit mereka.
Sebagai contoh, tatkala sosok seperti Yazid memimpin sebuah masyarakat yang tujuannya tidak lain hanyalah untuk berbangga diri, memperoleh kedudukan, harta, popularitas, tenggelam dalam perangkap duniawi dan hawa nafsu. Membeli perawi hadis atau mubalig agama menjadi pendukung pemerintahan, sikap diamnya orang-orang karena ketakutan dan keserakahan. Adanya orang-orang bodoh yang menjadi pengawas. Munculnya para hakim saat itu yang mengenalkan penguasa sebagai seorang mujtahid yang berbuat berdasarkan ijtihadnya yang salah. Kejahatan terhadap keluarga Rasulullah (Ahlulbait) yang dilakukan dengan cara meracuni mereka. Kemudian mereka bertaubat sehingga kehormatan mereka tetap terjaga dan tidak ada seorang pun yang berhak menampakkan kebenciannya atas sepak terjang mereka. Sebab jika tidak, mereka akan di anggap sebagai seorang musyrik dan kafir. Ketika orang-orang tanpa berpikir mendengarkan simpang siurnya berita tersebut, maka masyarakat tidak bisa di harapkan untuk dapat memberantas kerusakan dan memperbaikinya.
Dengan demikian kecenderungan kepada “thâghut” dan meninggalkan agama Allah swt merupakanfaktor terpuruknya sebuah masyarakat, sebagaimana tergambar dalam hal-hal berikut ini:
1.       Mengingkari para Nabi dan mengabaikan ayat-ayat Ilahi.
2.       Kezaliman para pemimpin.
3.       Adanya perpecahan.
4.       Meninggalkan amar ma`ruf nahi mungkar dan menggampangkan sesuatu, bertoleransi secara tidak jelas, melakukan provokasi untuk kemungkaran dan menyebarluaskannya.
5.       Tidak bertindak”Iistar”dan infak atas harta dan jiwa, tidak membantu menjaga agama Allah swt serta rakus terhadap harta dan tenggelam dalam hawa nafsu.

Solusi pembenahan, sebagaimana yang telah di singgung hanya ada satu hal yaitu, iman kepada Allah swt dan meninggalkan “thâghut” (pengaruh duniawi dan hawa nafsu) dalam segala aspek kehidupan setiap individu dari seorang pemimpin, ulama dan kelompok tertentu hingga masyarakat awam. Apabila manusia berpandangan bahwa dunia adalah sementara dan fana, maka ia harus berhati-hati atas pengaruh hawa nafsu, gemerlap dunia dan penumpukan harta baik di dunia maupun di akhirat. Menyadari adanya sang pengawas yang senantiasa merekam dan mengawasi segala keadaan, pikiran dan perbuatannya. Menyadari adanya pertanggung jawaban atas perbuatannya di akhirat kelak. Singkat kata bahwa jika manusia mengikuti akal sehat dan fitrahnya, maka ia akan sepenuhnya menyerah kepada perintah dan larangan Ilahi. Hal ini memberikan arti keselamatan bagi sebuah masyarakat dari kerusakan dan kehancuran di dunia serta kebahagiaan yang akan di dapatkan di akhirat. Ya, apakah yang harus di lakukan ketika kerusakan dalam sebuah masyarakat menjadi tolok ukur penghargaan bagi sebagian orang dan keimanan serta perbuatan baik sulit untuk di miliki?
Jika seorang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi masyarakat dan pemimpin, hendaknya ia berusaha semaksimal mungkin dengan mengorbankan harta dan jiwanya untuk membina masyarakat dan lingkungan. Dengan demikian ia harus bersabar atas cacian, bersunggung-sungguh dalam menjaga agama dan meminta pertolongan kepada Allah Swt dan auliya-Nya untuk tetap melangkah di jalan agama yang benar serta sedapat mungkin tidak berputus asa dalam memberikan petunjuk kepada orang lain. Insya Allah dengan ini kita akan segera menyaksikan kedatangan Imam Mahdi As dan terciptanya kedamaian, keadilan serta kebaikan di seluruh dunia.


Referensi:
1.       Al-Quran
2.       Tafsir Nemuneh dan Al-Mizan berikut ayat-ayat terkait yang tertera pada catatan kaki.
3.       Barresihâye Islâmi, Muhammad Husaein Thabathaba`i
4.       Jâme`e wa Târikh”, Murtadha Mutahhari

. “Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi. Tetapi, mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (Qs. Al-A’raf [7]:96)
. “Kami membacakan kepadamu sebagian dari kisah Musa dan Fira‘un dengan benar untuk orang-orang yang beriman. Sesungguhnya Fira‘un telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak laki-laki mereka, dan membiarkan kaum wanita mereka hidup (untuk diperbudak). Sesungguhnya Fira‘un termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Qs. Al-Qashash [28]:3-4)
. “Dan taatlah kepada Allah dan rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu, dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Qs. Al-Anfal [6]:46); Anda juga dapat melihat surah al-An’am (6):53-65)   
. “Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan mungkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu.” (Qs. Al-Maidah [5]:79); Demikian juga Anda dapat menyimak ayat-ayat 104, 110 dan 113 surah Ali Imran.  
. “Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi adalah mereka dibunuh, disalib, dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik, atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). Yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka di dunia, dan di akhirat mereka akan memperoleh siksa yang besar.” (Qs. Al-Maidah [5]:33)

Drs. H. Ahmad Supardi Hasibuan, MA.
Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau 
Persoalan lingkungan hidup adalah merupakan salah satu persoalan yang harus mendapat perhatian cukup serius dari seluruh ummat manusia, sebab ummat manusia mengeban tugas sebagai Khlifah Allah di muka bumi dan sekaligus sebagai pemegang Amanah Allah di muka bumi, sebab manusialah yang bersedia mengemban Amanah Allah seperti tertuang dalam Al-Quran, sebagai berikut :
Artinya : Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu Amat zalim dan Amat bodoh (Q.S. Al-Ahzab/33 : 72
Sebagai kholifah, ummat manusia bertanggungjawab atas pengelolaan dan pemeliharaan bumi. Bumi bagi ummat manusia adalah merupakan rahmat yang harus disyukuri dengan sepenuh hati. Bentuk syukur atas alam raya ini dapat dilakukan dalam tiga bentuk, yaitu :
1. Memelihara agar tetap lestari
2. Menikmati sebagai bekal dalam hidup dan kehidupan.
3. Mengembangkan, dalam bentuk budidaya dan penanaman ulang
Bila kita memperhatikan ayat suci Al-Quran, wahyu pertama yang diturunkan Allah SWTadalah ayat yang memperkenalkan Tuhan sekaligus memperkenalkan manusia sebagai makhluk yang hidup dengan kebergantungan, yaitu :
Artinya : 1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah (sesuatu yang bergantung atau yang memiliki sifat kebergantungan). 3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, 4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, 5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (Q.S. Al-Alaq/96 : 1-5).
Seluruh alam raya diciptakan untuk digunakan ummat manusia dalam rangka melanjutkan hidup dan kehidupannya, sehingga mencapai tujuan penciptaannya, sebab semua ciptaan Tuhan pasti ada tujuannya dan tidak satupun di antara ciptaannya itu yang sia-sia, sesuai firmanNya:
Artinya : Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah. yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, Maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka. (Q.S. Shaad/38 : 27).
Oleh karena itulah maka dapat dipahami apabila Allah SWT memperingatkan ummat manusia agar jangan membuat kerusakan di muka bumi, sebab kerusakan di bumi pada dasarnya adalah merupakan akibat dari ulah manusia sendiri. Hal ini sesuai dengan firmannya :
Artinya : Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (Q.S. Al-Qashash/28 : 77)
dan juga firman Allah :
Artinya : Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (Q.S. Ar-Ruum/30 : 41)
Ayat-ayat tersebut mengisyaratkan kita agar senantiasa memelihara dan melestariakan lingkungan hidup, sebab kehidupan makhluk-makhluk tuhan dimuka bumi adalah saling terkait dan ketergantungan, apabila terjadi gangguan yang luar biasa terhadap salah satunya, maka makhluk yang berada dalam lingkungan hidup tersebut akan ikut terganggu, keserasian dan keseimbangannyapun akan rusak. Apabila ini yang terjadi maka akan mengakibatkan kehancuran dan malapetaka.
Seperti yang dikemukakan pada awal tulisan ini, Allah SWT menciptakan manusia sebagai Khalifah Allah di muka bumi, sesuai dengan firmannya :
Artinya : Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. mereka berkata: Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau? Tuhan berfirman: Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui. (Q.S. Al-Baqarah/2 : 30).
Dr. M. Quraish Shihab dalam bukunya membumikan Al-Quran menyatakan bahwa, kekhalifahan mempunyai tiga unsur yang saling kait mengkait, kemudian ditambah unsur keempat yang berada di luar, namun amat sangat menentukan arti kekhalifahan itu sendiri, sesuai konsep Al-Quran, yaitu :
1. Manusia, yang dalam hal ini dinamai Khalifah
2. Alam raya, yang ditunjuk Allah SWT dalam surat AlBaqarah ayat 22 sebagai bumi
3. Hubungan antara manusia dengan alam dan segala isinya, termasuk dengan manusia sebagai tugas kekhalifahan
4. yang memberi penugasan yaitu Allah SWT. Dalam hal ini yang ditugasi harus 
memperhatikan kehendak yang menugasinya.
Hubungan antara manusia dengan alam, atau hubungan manusia dengan sesamanya, bukan merupakan hubungan antara penakluk dengan yang ditaklukkan atau antara tuan dengan hamba, tetapi hubungan kebersamaan dalam ketundukan kepada Allah SWT. Karena kemampuan manusia dalam mengelola bumi bukanlah akibat kekuatan yang dimilikinya, tetapi adalah akibat anugerah Allah SWT. Hal ini tergambar dari firman Allah :
Artinya : Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezki untukmu; dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu, berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai. (Q.S. Ibrahim/14 : 32).
Dalam ayat lain disebutkan :
Artinya : Supaya kamu duduk di atas punggungnya kemudian kamu ingat nikmat Tuhanmu apabila kamu telah duduk di atasnya; dan supaya kamu mengucapkan: “Maha suci Tuhan yang telah menundukkan semua ini bagi Kami Padahal Kami sebelumnya tidak mampu menguasainya, (Q.S. Az-Zukhruf/43 : 13).
Salah seorang filsuf Muslim terkenal yang bernama Ibnu Tufail (lahir 1106 Masehi), merumuskan etika lingkungan hidup yang sangat khas dan apik. Beliau menyatakan, segala sesuatu yang ada di alam ini seperti tumbuhan, hewan dan sebagainya memiliki tujuan tertentu. Buah misalnya, dia keluar dari bunga, lantas menjadi masak dan ranum.bijinya jatuh di tanah kemudian tumbuh lagi menjadi pohon. Apabila ada orang yang memetik buah itu sebelum mencapai pertumbuhannya patutlah dicela dan tidak terpuji. Karena merintangi pertumbuhan buah tadi dalam mencapai tujuannya yang alami, sehingga berakibat adanya kelompok tumbuhan yang akan punah.
Ibnu Tufail juga menyatakan bahwa, orang yang memakan buah yang sudah masak lantas membuang bijinya ke laut, ke atas bebatuan atau ke tempat-tempat lain yang tidak memungkinkan biji tersebut tumbuh, yang bersangkutan telah melakukan perbuatan yang tidak terpuji, sebab telah merintangi pertumbuhan biji. Dengan demikian, ia telah mengurangi peluang bagi jenis tumbuhan itu untuk dapat mengembangkan keturunannya secara lestari dan alami.
Menurut Tufail juga, orang tidak boleh memakan habis tumbuhan dan hewan langka karena itu berarti memusnahkan jenis makhluk hidup itu selama lamanya.
Di dalam sebuah hadist, Rasulullah SAW menjelaskan, orang-orang yang mengasihi akan dikasihi oleh Tuhan. Barang siapa yang mengasihi makhluk yang berada di bumi maka ia akan di kasihi oleh yang ada di langit. Pada hadist lain Nabi bersabda, Seorang wanita alim masuk neraka karena ia menggantung seekor kucing hingga mati dan seorang wanita tunasusila masuk surga hanya karena ia memberi minum seekor anjing yang kehausan. Suatu ketika Nabi Muhammad menerangkan ,tidak seorang Muslim pun yang menanam tanaman atau menyemaikan tumbuh-tumbuhan, kecuali buah itu hasilnya dimakan burung atau manusia. Yang demikian itu adalah shodaqah baginya. Nabi pun senantiasa menyuruh ummatnya,Tanamlah tanam-tanaman hari ini, sekalipun besok dunia akan kiamat.
Begitulah ajaran Islam mengatur sedemikian rupa tentang lingkungan hidup dalam segala macam kode etikanya, yang pelaksanaannya adalah merupakan pengejawatahan dari tugas ummat manusia sebagai Khalifah Allah di muka bumi. Tentunya sangat-sangat kita sayangkan dan sesalkan bahwa, apa yang kita lihat dan kita rasakan saat ini, ummat manusia dibantu dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi melakukan pengrusakan besar-besaran yang melampaui ambang batas kewajaran, akibatnya terjadi kerusakan lingkungan hidup yang cukup parah. Nauzu Billahi Min Zalik.

Bahwa ini adalah alasan yang mungkin mengapa Allah menyebutkan secara eksplisit dalam Al-Qur’an tentang petingnya lingkungan hidup dan cara-cara Islami dalam mengelola dunia ini. Kualitas lingkungan hidup sebagai indikator pembangunan dan ajaran Islam sebagai teknologi untuk mengelola dunia jelas merupakan pesan strategis dari Allah SWT untuk diwujudkan dengan sungguh-sungguh oleh setiap muslim.
Krisis lingkungan hidup bukanlah suatu bentuk krisis yang tidak dapat diatasi oleh manusia. Sejauh manusia tahu dan menyadari bahwa kerusakan lingkungan hidup itu adalah akibat dari tindakan-tindakan mereka sendiri, tidak ada hal mustahil yang tidak dapat mereka tanggung. Yang sekarang menjadi persoalan adalah bahwa kesadaran untuk merawat dan memperhatikan lingkungan hidup belum sejalan dengan kerusakan yang terjadi. Terkesan bahwa masih ada banyak orang yang merasa enggan untuk memulai atau meneruskan opsi mereka terhadap lingkungan hidup. Dalam keadaan seperti itu, peran agama menjadi sangat penting. Pertama-tama karena sebagian besar penduduk bumi adalah orang-orang yang beragama. Kedua, karena melalui agama dapat dilahirkan banyak nilai-nilai positif terhadap alam dan lingkungan hidup yang diharapkan dapat membantu kesadaran banyak orang (paling tidak bagi mereka yang beragama) atas krisis yang sekarang ada. Dengan kata lain, agama dapat menjadi motivator atau agama dapat menjadi media paling strategis guna membangun semangat untuk peduli dan bertanggung jawab terhadap lingkungan hidup. Dengan cara itu pula, agama bisa mengabaikan atau menganggap tidak penting tuduhan yang sering ditujukan kepadanya sebagai “lembaga iman” yang menjadi penyebab dan latarbelakang kerusakan lingkungan hidup.
Agama Islam adalah salah satu agama yang memiliki penganut cukup besar di dunia. Dalam arti terntu Islam dapat menjadi agama yang berperan penting dalam usaha menyelamatkan bumi dari krisis yang dihadapinya. Paling tidak, ada dua cara yang dapat dilakukan Islam sebagai wujud tanggapan atas masalah kerusakan lingkungan hidup. Yang pertama adalah dengan cara menyerukan lebih lantang dimensi teologis tentang alam serta relasinya dengan Allah sebagai sumber iman Islam. Kedua, dengan melakukan pengembangan fikih atas lingkungan hidup yang lebih memadai dan lebih luas. Diharapkan, melalui dua cara tersebut akan ada perubahan yang signifikan bagi penganut Islam yang nantinya juga berarti bagi kebaikan ekologi bumi.


Share this article :

1 opmerking:

Aangedryf deur Blogger.

Social Icons

Social Icons

MARI BERTEMAN SOB...!!

Featured Posts

 
Support : Mazkit | GUMIWANG | Underground
Copyright © 2013. BLOG INFORMASI - All Rights Reserved
Template Modifed by GHOST.NET Published by HORROR-INDO
Proudly powered by Blogger