Petungan Jawa ( Kejawen )
Sejak jaman dahulu leluhur kita percaya bahwa hari dimana seorang anak dilahirkan akan membawa pengaruh pada watak, karakter, dan jalan hidup anak tersebut. Begitu juga untuk hal-hal yang lain, seperti halnya hari dimana kita mengawali atau memulai suatu fase kehidupan yang baru, memulai suatu usaha yang baru, atau menempati rumah baru, juga akan membawa pengaruh pada masa depan atau jalan hidup orang yang bersangkutan.. Oleh sebab itu para leluhur kita berdasarkan pengalaman dan ilmu titen, mewariskan pada kita suatu perhitungan atau petung untuk menentukan hari terbaik bagi kita dalam memulai atau mengawali segala sesuatu, dengan harapan bahwa dimasa yang akan datang akan membawa nasib baik atau jalan hidup yang lebih baik bagi orang yang bersangkutan.
Baik-buruknya nama, menurut perhitungan Jawa (neptu), didasarkan pada susunan aksara Jawa (ha, na, ca, ra, ka, da, ta, sa, wa, la, pa, dha, ja, ya, nya, ma, ga, ba, tha, nga). Setiap aksara diasumsikan memiliki nilai berbeda. Ha, da, pa, ma, masing-masing dinilai 1. Na, ta, dha, ga, nilainya 2. Ca, sa, ja, ba = 3. Ra, wa, ya, tha = 4. Ka, la, nya, nga = 5.
Angka-angka itu kemudian dipakai untuk menghitung nilai total dari nama seseorang yang dijumlahkan dari nilai setiap penggalan suku kata. Contoh, nilai keseluruhan nama Susanto adalah Su (sa=3) + san (sa=3) + to (ta=2) = 8
Nilai total dari nama itu selanjutnya diproyeksikan pada lima unsur yang menunjukkan "cocok tidaknya nama", yang meliputi lima unsur, "Sri", "Lungguh", "Gedhong", "Loro", "Pati". Menghitungnya dimulai dari satu (Sri), dua (Lungguh), tiga (Gedhong), empat (Loro), dan lima (Pati). Setiap habis kelipatan lima, hitungan kembali dimulai dari angka satu (Sri) sampai lima (Pati), begitu seterusnya. Misal, nilai nama Susanto = 8, dihitung mulai dari satu (Sri), dua (Lungguh), tiga (Gedhong), empat (Loro), lima (Pati), enam (Sri), tujuh (Lungguh), delapan (Gedhong).
Jadi, nama Susanto (dengan angka total 8), jatuh pada unsur "Gedhong". "Artinya, insya Allah, kelak si pemilik nama itu akan bergelimangan harta dalam hidupnya," jelas Iin SP.
Menurut tradisi Jawa, unsur "Sri", "Lungguh", dan "Gedhong" dianggap mewakili unsur kecocokan nama. Sebaliknya kalau jatuh pada unsur "Loro" dan "Pati", nama itu dianggap tidak cocok bagi yang bersangkutan.
Kelima unsur itu masing-masing memiliki arti konotasi yang berbeda. "Sri" memiliki arti yang positif (bahagia, kemakmuran, keberuntungan, mulia, dan sukses segalanya). Juga "Lungguh" dan "Gedhong" mengandung arti yang positif, yakni baik dalam kedudukan (jabatan) dan ekonomi (harta), tapi biasanya masih ada kekurangan di sisi lain, seperti sakit, rumah tangga diselilingi cekcok atau kurang harmonis. Sebaliknya unsur "Loro" dan "Pati" punya konotasi negatif. Unsur "Loro" menggambarkan hidup tersendat-sendat, sakit-sakitan, kurang mujur, banyak sial, banyak menderita. Unsur "Pati" menyimpan makna umur yang pendek.
Dalam perhitungan nama ala Jawa, huruf hidup (A, I, U, E, O) yang berdiri sendiri tidak ikut dihitung atau diabaikan (nilainya = nol). Misalnya, cara perhitungan nama Hariyanto berbeda dengan Ariyanto.
0 opmerkings:
Plaas 'n opmerking