Damkar Sering Terlambat, Warga Minta Pos Bantu
PURBALINGGA – Warga di beberapa daerah pelosok meminta kepada Pemkab Purbalingga untuk menambah pos bantu pemadam kebakaran (damkar). Pasalnya, di daerah pelosok mobil damkar sering terlambat datang mengingat jarak yang jauh. 
Kasus terakhir adalah kebakaran yang terjadi di Desa Banjarkerta, Kecamatan Karanganyar, Selasa (7/8). Dalam musibah tersebut dua unit mobil damkar datang setelah api berhasil dipadamkan oleh warga.
Salah seorang warga asal Desa Banjarkerta, Saptaji (42), kemarin, mengatakan untuk mencegah terjadinya keterlambatan, sebaiknya Pemkab membuat pos bantu damkar di beberapa titik.
“Jika  harus menunggu datangnya mobil damkar dari kota, api keburu melalap  seluruh bangunan. Belum lagi jika kebakaran terjadi di daerah Rembang atau Karangjambu yang jaraknya dari kota 40 kilometer lebih,” katanya.
Banyak Faktor
Koordinator Unit Pemadam Kebakaran, Supriyono, mengakui sering terlambatnya mobil damkar ke lokasi kebakaran. Banyak faktor yang mempengaruhi.
Pertama,  di beberapa tempat lokasinya sangat jauh. Kedua, kondisi jalan yang  padat berpengaruh pada kecepatan mobil damkar. Ketiga, di daerah pelosok  tersebut seringnya akses jalan yang tidak mendukung, karena mobil  damkar termasuk kelas kendaraan besar.
Terakhir  adalah terlambatnya masyarakat memberitahu kejadian kebakaran ke petugas  damkar. Hal itu lumrah, sebab seringnya masyarakat panik ketika terjadi  kebakaran sehingga tidak sempat melapor pada petugas damkar.
“Adapun  kami berangkat ke lokasi setelah ada laporan dari masyarakat. Tidak  mungkin kami bisa tahu jika ada kebakaran di suatu daerah tanpa ada  pemberitahuan dari masyarakat,” katanya.
Bulan lalu pernah terjadi kebakaran yang menyebabkan satu orang meninggal di daerah Kecamatan Bobotsari,  namun kasus tersebut tidak dapat dicover oleh petugas damkar. Saat  kejadian tidak ada laporan dari warga yang masuk. Petugas damkar tahu  kejadian itu sehari kemudian.
Ia juga mengakui  adanya permintaan dari masyarakat yang masuk padanya untuk menambah pos  pembantu damkar di beberapa lokasi, tapi ia tidak dapat berbuat apa-apa  karena bukan kewenangannya.
“Ada dua titik yang sebaiknya dibuatkan pos bantu yaitu di Bobotsari dan di Bukateja.  Dari kedua titik itu petugas damkar dapat menuju lokasi kebakaran di  daerah pelosok lebih cepat dibanding harus dari kota. Paling tidak  memangkas separuh perjalanan,” katanya.
Jika ada  penambahan pos bantu, lanjutnya, secara otomatis harus ada penambahan  jumlah personel dan mobil. Saat ini unit damkar hanya ada 9 personel  dengan tiga unit mobil, 1 berisi Aparc dan 2 dengan tangki air  berkapasitas 5.000 liter.
Petugas pemadam kebakaran, Arif Wahyudi Dwi Nugraha, menambahkan jumlah tersebut dinilai masih sangat minim jika harus mengcover kebakaran di wilayah Kabupaten Purbalingga.
Mobil  damkar dengan kapasitas yang besar juga sering kesulitan menjangkau  daerah-daerah pelosok dengan kondisi jalan yang sempit.
“Paling  tidak ada penambahan personel dua kali lipat serta dua mobil damkar  dengan ukuran tangki kecil berkapasitas 3.000 liter untuk menjangkau  daerah tersebut,” katanya.
Kasi Logistik dan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Purbalingga, Mukhsoni, mengatakan idealnya setiap radius 7,5 kilometer harus ada pos pemadam kebakaran.
“Jika standar itu terpenuhi, maka pelayanan pemadam kebakaran bisa terpenuhi pula,” katanya.
Menanggapi  permintaan masyarakat tersebut, lanjutnya, beberapa waktu lalu BPBD  sudah mengajukan ke bupati, namun belum bisa direalisasikan.
“Jumlah armada dan personel juga masih kurang, sedangkan untuk menambah saat ini belum ada dana,” katanya.
Sumber: http://kotaperwira.com/

0 opmerkings:
Plaas 'n opmerking